“Seminggu yang menguras tenaga dan emosi. Velisha rewel dan hanya nempel
sama mamanya, butuh biaya yang sangat banyak, waktu yang terus berjalan tapi vonis belum
ditetapkan, baca banyak literatur tentang Kawasaki serta kemungkinan penyakit lain selain Kawasaki, bertanya ke beberapa dokter dan ternyata
tidak
banyak yang tahu tentang penyakit ini.” – Chintia,
23 tahun, ibu muda dari dua anak kembar
Kawasaki?
Waktu itu tanggal 10 Februari 2017 sore, si Chintia
(aku manggilnya Chigun) ngechat begini, “Res, tolong
cari Kawasaki”. Reaksi pertama aku “Motor
bukan?” *gagalpaham* Setelah digoogling, barulah aku tahu kalau Kawasaki itu
rupanya nama penyakit. Yang emang tergolong penyakit langka. Di bawah ini akan aku
ceritakan kronologi selama Velisha sakit
kemarin.
Semua bermula
ketika tanggal 07 Februari (hari ke-1)
si Chigun nge-BBM, Dia bilang anaknya (Velisha) demam tinggi sampai 39,6oC.
Dia panik sekaligus bingung, takut anaknya kenapa-kenapa. Chigun takut si
Velisha step dan dia kasih kabar itu sudah tengah malam pula. Ternyata demamnya
sudah sejak pukul 16.00 WIB. Respon pertama, dia langsung memberikan Velisha paracetamol
dosis tinggi (obat penurun panas) yang dimasukkan ke anus, karena kebetulan anaknya
baru berusia 10 bulan. Selain dikasih obat, Velisha juga dikompres dan tiap 6 jam
sekali dikasih sanmol (yang drop) lagi. Demamnya sempat turun tapi kemudian naik
lagi. Rash (bintik merah/ruam) sudah
mulai muncul dipunggung Velisha. Dia juga lemas karena tidak mau makan dan
minum.
Hari ke-2,
08 Februari, karena demam yang naik-turun akhirnya pukul 10.00 WIB Velisha dibawa
ke RS Santa Maria Pekanbaru. Di sana Velisha ditangani oleh dr. Kurniawan Tan,
Sp.A. dan diukur suhunya. Saat itu suhu Velisha 39,6oC dan diberi
paracetamol (dimasukkan ke anus). Dokter menanyakan hari dan jam pertama demam
tinggi diberi antibiotik (sebagai antisipasi kalau infeksi bakteri biasa) dan
disuruh kembali lagi ke RS pada hari ke-4 jika Velisha masih demam.
Pada hari ke-3, 09 Februari, aku kembali
menanyakan kondisi Velisha ke Chigun. Kata dokter, demam tinggi bisa disebabkan karena
radang tenggorokan tapi bisa juga tidak. Ternyata sebelum Maghrib suhunya
mencapai 40,1oC. Rash ditubuh Velisha mulai terlihat jelas, sekujur tubuh kemerah - merahan,
sekeliling mata merah, bibir sangat merah seperti menggunakan lipstick. Dikarenakan suhu yang terus naik-turun tapi tidak pernah menyentuh suhu
normal, akhirnya
Velisha kembali diberikan paracetamol (dimasukkan ke anus).
Hari ke-4, 10 Februari, sekitar pukul 13.02 WIB aku
menanyakan kembali kondisi Velisha dan ternyata dia muntah-muntah. Akhirnya pukul 15.00 WIB Velisha kembali dibawa ke RS untuk bertemu dengan dr.Kurniawan. Kali ini
pemeriksaannya lumayan
lama, dilakukan pengecekan rash yang ada ditubuh Velisha dan urat didalam mata Velisha yang sudah memerah. Dokter menyarankan untuk melakukan
cek darah, dan disini pertarungan dimulai. Hasil lab keluar dan leukosit Velisha tinggi
18,66 dan CRP (C-Reactive
Protein) pun
tinggi 183,0,
tanda-tanda tidak baik. Dokter Kurniawan menduga ini seperti Kawasaki, tapi tidak
menutup kemungkinan kalau ini hanya infeksi bakteri biasa. Chigun shock
seketika dan terdiam, dia teringat penyakit Kawasaki yang dulu pernah
dibacanya. Penyakit langka yang dapat menyerang jantung. Jika memang benar Kawasaki,
maka setidaknya biaya untuk obatnya saja dibutuhkan sekitar 28 juta rupiah.
Saat itu dokter menyarankan agar Velisha dirawat inap karena kondisinya yang sudah benar-benar tidak memungkinkan, terlalu lemas, tidak
mau makan dan minum, suhu
tubuhnya pun tak kunjung stabil. Dokter
berusaha menenangkan dan
mengatakan kalau
kemungkinan infeksi bakteri biasa masih ada. Chigun
meminta penjelasan mengenai penyakit Kawasaki ini, dokter mengatakan bahwa masa pengobatan kawasaki
dilakukan 10 hari pertama sejak si anak demam dan jika lewat dari 10 hari maka dapat merusak jantung si anak.
Chigun
berusaha mencari second opinion dengan menghubungi dr. Dedi dan menceritakan gejala yang ada pada Velisha serta mengirimkan foto kondisi dan hasil labnya. Dr. Dedi setuju kalau Velisha harus
segera dirawat malam itu
juga dikarenakan
kondisinya yang
sudah lemah. Dan beliau juga sependapat dengan dr. Kurniawan bahwa ini ada kemungkinan Kawasaki walau trombosit belum tinggi.
Akhirnya Velisha di rawat di RS Santa Maria setelah ditolak di RS sebelumnya yang sudah dikunjungi. Dokter di sana sepertinya enggan melayani pasien BPJ* dengan penyakit ini. Kalau
diceritain detailnya, bisa nyesek dan gregetan. Intinya, si dokter tidak mau
menanggung pasien dikarenakan obatnya yang MUAHAALLLL. Yang akhirnya
menyebabkan Chigun nangis terisak-isak karena anaknya ditolak berobat *angry*
Padahal RS tersebut sudah support BPJ*, sedangkan Santa Maria belum. Alasanya
sih karena obat untuk Kawasaki ini tergolong obat mewah gitu, jadi ya gak
ditanggung BPJ*. Ya kali ada yang mau sakit terus make obat mewvvvaahh zzzzzz
*kezeellll*
Hari ke-5,
11 Februari, pukul 01.00 WIB
Velisha diberi antibiotik dan malam itu full semalaman si Chigun menggendongnya
karena rewel. Hanya
sekitar 30 menit dari pukul 02.30- 03.00 WIB
dia bergantian dengan
papanya. Malam itu Chigun mencari informasi
sebanyak-banyaknya
tentang Kawasaki.
Velisha juga diinfus karena dia terlalu lemas akibat tidak mau makan dan minum.
Sekitar mata dan bibir Velisha memerah (11 Februari 2017) |
Hari ke-6,
13 Februari, kulit jari
Velisha mengelupas, kali ini dr. Kurniawan yakin kalau Velisha positif terjangkit Kawasaki. Seharusnya kulit mengelupas terjadi pada
minggu
kedua, tetapi pada
kasus Velisha terjadi lebih
cepat. Dokter menyarankan untuk melakukan USG jantung (Echocardiography) dan melakukan cek darah ulang. Setelah USG jantung, alhamdulillah hasilnya menunjukkan
bahwa jantung Velisha normal. Kemudian pukul 14.18
WIB dilakukan cek darah ulang, leukosit masih tinggi 19,24
dan CRP masih tinggi walau turun dari
sebelumnya (100), sedangkan trombosit masih normal. Dokter
mengatakan imun Velisha melawan penyakitnya sendiri. Pemberian aspirin dan immunoglobulin
(obat untuk Kawasaki) pun dicancel.
Foto USG Jantung Velisha |
Hari ke-7,
14 Februari, dokter
menjelaskan kalau trombosit
normal maka sudah pasti bukan Kawasaki dan oleh sebab itu pemberian aspirin dan immunoglobulin
dicancel. Beliau menjelaskan bahwa Kawasaki yang ia temui di Indonesia selalu samar seperti yang terjadi pada Velisha. Di luar negeri, pasien Kawasaki
yang pernah ditemuinya
memiliki ciri
yang jelas, sebagai berikut:
1. Demam
tinggi selama lima hari
2. Rash (bintik merah/ruam) terdapat banyak dibadan
3. Mulut
merah merekah dan lidah strawberry
4. Mata
dan urat mata
memerah
5. Kelenjar getah bening membesar
6. Trombosit
tinggi
Hari ke-8, 15
Februari, hasil cek darah keluar dan hasilnya…… Velisha positif Kawasaki di hari ke-8 sejak demam pertama. Trombosit Velisha tinggi sebesar 581. Hari itu juga harus transfusi immunoglobulin dan diberi aspirin. Pukul 17.00 WIB dari kamar rawat inap Velisha dibawa menuju PICU (Pediatric Intensive Care Unit) tempat untuk pemberian immunoglobulin. Dikarenakan berat badan Velisha 8,2 kg
maka dibutuhkan
6,5 botol immunoglobulin, sehingga
Chigun diharuskan membeli sebanyak
7 botol
obat tersebut. Yang mana harga obatnya per botol sebesar 4 juta rupiah. Kurang lebih 15 jam waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan
immunoglobulin ke tubuh Velisha, terhitung dari pukul 19.00 WIB hingga 10.00 WIB (16 Februari). Sejak pemberian hingga selesai, Velisha tidak lagi demam
dan rash dibadannya jauh
berkurang, hanya tinggal yang dimatanya saja.
Kondisi Velisha setelah diberikan immunoglobulin |
Hari ke-11, 18 Februari, 2 x 24 jam setelah dimasukkannya
immunoglobulin Velisha masih harus dirawat
di RS. Setelah Velisha
dipastikan tidak demam lagi, baru diizinkan pulang. Dia sudah ceria, sudah mau bermain dan minumnya
sudah banyak walaupun makannya masih sedikit.
Oiya, setelah
sembuh dan pulang dari RS, Velisha tetap diharuskan untuk check jantung selama
setahun untuk memastikan jantungnya aman dan sehat.
Berikut ini sedikit
info mengenai penyakit Kawasaki yang dikutip dari Alodokter:
Apa itu Penyakit Kawasaki (Kawasaki
Disease) ?
Penyakit Kawasaki adalah
penyakit yang dapat menyebabkan inflamasi pada dinding pembuluh darah di
seluruh tubuh. Kondisi ini termasuk penyakit langka yang mayoritas menyerang
anak-anak di bawah usia lima tahun. Umumnya balita yang berusia antara sembilan
bulan hingga satu tahun
Penyebabnya apa?
Penyebab penyakit Kawasaki belum diketahui
secara pasti. Para pakar menduga terdapat beberapa faktor yang mungkin
melatarbelakangi penyakit ini, misalnya faktor keturunan, kondisi autoimun,
serta reaksi terhadap obat-obatan tertentu atau pajanan bahan kimiawi dari
lingkungan sekitar.
Bagaimana gejalanya?
Gejala penyakit
Kawasaki akan muncul
dalam tiga tahap. Tahap-tahap ini umumnya akan berlangsung selama 1,5 bulan.
Tahap pertama akan terjadi pada minggu 1-2. Pada tahap ini, gejala
utama yang muncul adalah demam selama lebih dari lima hari yang
disertai:
- Ruam kemerahan yang pertama muncul di area organ intim dan menyebar ke tubuh bagian atas, tangan, kaki, serta wajah. Ruam ini biasanya akan hilang dalam waktu satu minggu.
- Mata merah, tapi tidak keluar cairan.
- Perubahan kondisi mulut, seperti lidah atau tenggorokan merah serta bibir yang kering dan pecah-pecah.
- Jari-jari tangan atau kaki yang bengkak dan memerah. Tangan dan kaki juga akan terasa sakit.
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.
Pada minggu 2-4, anak Anda akan
mengalami tahap kedua. Demam
biasanya sudah turun, tapi anak Anda akan mengalami gejala-gejala lain yang
meliputi kulit pada ujung jari tangan dan kaki mengelupas, gangguan pencernaan (seperti diare,
muntah, dan sakit perut), serta rasa nyeri dan pembengkakan pada sendi. Dalam tahap inilah, resiko
komplikasi seperti aneurisma dapat muncul. Aneurisma adalah pembengkakan pada
pembuluh koroner akibat melemahnya dinding pembuluh koroner akibat inflamasi.
Berikutnya
adalah tahap ketiga yang akan
berlangsung pada minggu 4-6 ini.
Gejala-gejala penyakit Kawasaki perlahan-lahan akan berkurang, tapi kondisi
anak umumnya masih lemas sehingga mudah lelah.
Gejala-gejala penyakit ini cenderung mirip dengan
infeksi lain, terutama gejala demam pada tahap pertama. Anda sebaiknya lebih
waspada dan segera membawa anak Anda ke dokter jika muncul gejala-gejala lain
yang kemungkinan mengindikasikan penyakit Kawasaki pada anak Anda.
Penyakit
Kawasaki memang tidak bisa dicegah, tapi diagnosis dan penanganan secepat
mungkin dapat menurunkan risiko komplikasi. Dengan penanganan dini, sebagian
besar anak yang mengidap penyakit ini dapat sembuh total dalam waktu enam
minggu hingga dua bulan.
Bagaimana langkah pengobatan
penyakit Kawasaki?
Penanganan sedini dan
seefektif mungkin sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan dan
menurunkan risiko komplikasi. Waktu penanganan yang paling ideal adalah
dalam 10 hari pertama anak Anda mengalami gejala. Penanganan yang
dapat dilakukan di rumah sebelum ke dokter di samping obat-obatan, Anda dapat memberikan
banyak minum atau mengompres anak Anda.
Risiko
Komplikasi Penyakit Kawasaki
Komplikasi utama akibat penyakit Kawasaki adalah masalah jantung. Jika tidak ditangani
dengan efektif, diperkirakan sekitar satu di antara lima anak pengidap penyakit
ini akhirnya menderita komplikasi jantung dan terdapat satu di antara
100 kasus yang berakibat fatal.
Btw, biaya pengobatan dari awal sampai
sehat (dokter, obat, dan kamar), semua ditanggung sendiri karena tidak bisa
dicover dengan BPJ*.
Dan perlu diingat, 10 hari pertama anak mulai demam dengan
ciri-ciri di atas merupakan waktu yang sangat penting. Segera bawa ke dokter
jika anak Anda memiliki ciri-ciri tersebut, sebelum terlambat mendapatkan
penanganan.
Mudah-mudahan infonya bermanfaat ya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan :)
Be aware ya, buibu hihihi ^^
Here’s some pictures from that moment:
Hasil Lab I |
Harga Immunoglobulin per botol |
Obat Immunoglobulin |
List Obat |
Perincian Biaya Perawatan |
Hasil Lab II |
Hasil Lab III |